Tanggal tujuh belas bulan Agustus tahun seribu sembilan ratus empat puluh lima kurang lebih pukul sepuluh pagi
Tepat ketika Bung Karno yang presiden membacakan teks proklamasi yang menyatakan kemerdekaan negeri Indonesia
Dan kemerdekaan bangsa Indonesia dari belenggu penjajahan
Di pedalaman kampung Bantar Rayud lahir ke dunia seorang bayi
Hasil dari kerja keras dan kerja lembur Raden Rojo Singo dan Raden Ayu Srangenge
Bayi itu gemuk dan kulitnya gelap serta setelah empat puluh hari bayi yang gemuk itu memiliki nama Amin Idi
Saban pagi Amin Idi senantiasa minum susu murni dan makan telor setengah matang
Tidak bedanya dengan lelaki-lelaki sekarang yang banyak diserang penyakit lemah syahwat
Amin Idi tidak pernah minum air susu ibunya lantaran air susu ibunya habis diminum bapaknya yang pensiunan playboy dan tukang jajan
Tahun seribu sembilan ratus lima puluh dua Amin Idi sekolah pada sebuah sekolah rakyat yang menurut kabar SPP-nya murah
Sekolah-sekolah masa dulu nampaknya tidak begitu menggencet para siswa
Segala sesuatunya serba wajar
Tidak terdengar ada main suap
Tidak terdengar ada siswa bodoh yang naik kelas terus lantaran wali kelasnya menyimpan rasa cinta
Tidak terdengar ada ibu guru genit yang melahap perjaka siswanya
Pokoknya tidak terdengar yang keliru-keliru
Amin Idi bisa sekolah dengan lancar
Amin Idi bisa belajar dengan tenang
Hingga ketika kelas empat dia dinyatakan sebagai anak terpandai
Lantas mendapat hadiah dari kepala sekolah yakni
Dua lusin sabun dan dua buah majalah mode serta satu dus karet KB
Kelas lima Amin Idi tetap dapat hadiah yang sama dan pada kelas enam Amin Idi lulus dengan nilai angka yang selangit
Detik demi detik, menit demi menit, jam demi jam, hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan, tahun demi tahun
Amin Idi tamat SD, SMP, dan, SMA setelah SMA dia menganggur
Bukan karena faktor ekonomi (sorry)
Bukan karena takut menghadapi soal-soal testing
Bukan pula karena tidak ada keinginan untuk meneruskan sekolah
Tapi Amin Idi berniat untuk istirahat
Perlu diketahui bahwa Amin Idi tidak seperti anak-anak sekarang yang banyak gagal dalam perintis
Tiba saatnya Amin Idi menjadi seorang anak remaja yang hidup dengan masa puber
Dalam hatinya timbul satu keinginan untuk mencoba berkawan akrab dengan manusia yang berkelamin wanita
Tapi dia bingung bagaimana cara untuk memulainya
Pilihannya sudah ada
Yakni pada seorang pembantu tetangga yang punya nama
Nyai Julaeha Ratna Geol Binti Bondon Eceng Gondokwati
Amin Idi selalu dibayangi oleh raut wajah Nyai Julaeha
Dagunya yang laksana sepotong telor
Pipinya yang laksana bakpao tiongkok
Hidungnya yang laksana sepotong jambu air
Dan lirik matanya yang waduh asyik bukan min
Sering kali Amin Idi tak bisa tidur
Sering kali Amin Idi mogok makan
Lantaran Amin Idi sedang dirundung asmara
Akhirnya Amin Idi nekat untuk datang pada Nyai Julaeha
Dengan maksud menyatakan cinta dengan jantan
Dengan harapan Julaeha mau jadi kekasihnya dan selanjutnya jadi istrinya
Terjadilah perbincangan serius
Setelah Amin dan Julaeha saling kenal
Amin Idi berkata dengan kepala menunduk dan sikap yang ramah
Begini katanya: