Rabaan jemariku petik dawai-dawai mandolin
berbangkit ku menyatu halusinasi rasa kebanggaan
berbendera satu, merah di garbaku, putih di nafasku, bergelombang
Coretan pena-pena lukis lontar-lontar penyuluh
pewaris kuat rangsang berkiblatkan rasa kebangsaan
berbahasa waktu kuning di tindakku segar selaputku
berpagarkan karang terjal
Ku tak tahu mengapa meremang kudukku menggigil tubuhku waktu itu
ku tak tahu mengapa sedih yang membekas bilangan berbelas memelukku
derap merah putih biru lewat laut lalu menjamah kotaku
pamflet nada tinggi kilat sangkur putih
tak menggiriskan, tak menggetarkan jiwamu
Yell pekik dan keringat memelosok sudut kota
alur nadi senada memateri rongga dada dan pecah
darahmu memerah saga, merah di jalanan, merah di runtuhan
berbau mesiu, berbau melati, dan ku tandai hari itu
10 november 1945, merdeka! atau mati!
[pidato Bung Tomo @ radio Surabaya]
Rabaan jemariku petik dawai-dawai mandolin
berbangkit ku menyatu halusinasi rasa kebanggaan
berbendera satu, merah di garbaku, putih di nafasku, bergelombang
rabaan jemariku petik dawai-dawai mandolin